Mediasuarapublik.com

Mengedepankan Profesional Dalam Berita Yang Seimbang Secara Aktual Dan Faktual

Home » Indonesia Temukan Kasus Pertama Cacar Monyet

Indonesia Temukan Kasus Pertama Cacar Monyet

3 min read

JAKARTA, Mediasuarapublik – Kasus cacar monyet atau Monkeypox ditemukan di Indonesia, hal tersebut diumumkan oleh Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril.

Syahril menjelaskan, pasien yang terkonfirmasi cacar monyet itu berasal dari DKI Jakarta berusia 27 tahun. Pasien tersebut diduga tertular tertular saat melakukan perjalanan ke luar negeri.

“Pasien sempat mengalami beberapa gejala cacar monyet. Namun, yang dialaminya tergolong ringan,” jelas Syahril dalam siaran pers, Sabtu (20/8/22).

Pasien disebut mengalami demam, pembengkakan kelenjar getah bening, ruam di area wajah, tangan, kaki, dan sekitar organ intim.

“Ada cacarnya atau ruamnya di muka, telapak tangan, kaki, dan sebagian sekitar alat genitalia,” ujarnya.

Cacar monyet, lanjut Syahril, sebenarnya bukan penyakit baru seperti Covid-19. Penyakit ini ditemukan pertama kali pada sekitar 1970 di Republik Demokratik Kongo. Selanjutnya, penyakit ini menyebar ke berbagai negara di Afrika sebagai penyakit endemik.

“Pada Mei lalu, penyakit ini ditemukan di negara non-endemik. Seorang pria di Inggris terkonfirmasi positif cacar monyet setelah melakukan perjalanan ke Nigeria,” kata Syahril.

Hingga saat ini, tercatat sebanyak lebih dari 40 ribu kasus cacar monyet yang dilaporkan di 94 negara, baik negara endemik maupun non-endemik.

“Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan cacar monyet sebagai darurat kesehatan global. Sejumlah negara juga sudah menetapkan wabah cacar monyet sebagai darurat kesehatan,” paparnya.

Cacar Monyet Bisa Menular Akibat Kontak Erat Terhadap Penderita

Syahril memastikan, cacar monyet atau monkeypox tak eksklusif menyerang kelompok warga tertentu. kelompok yang rentan terkena cacar monyet adalah mereka yang melakukan kontak erat dengan pasien.

“Jadi cacar monyet ini tidak menyerang kelompok-kelompok tertentu ya, enggak ada itu. Dia menyerang kelompok itu karena kontak erat saja. Jadi jangan sampai ada salah pemahaman,” kata Syahril, Sabtu (20/8).

Ia mengungkap saat ini pengawasan atau surveillance dilakukan hanya kepada kelompok yang telah melakukan kontak erat.

“Semua orang yang mempunyai potensi kontak erat dengan pasien, maka dia lah yang mempunyai risiko tertinggi untuk penularan. Termasuk nanti surveillance pun begitu, tidak kita lakukan pada kelompok trtentu, tapi pada semua orang yang melakukan kontak pada pasien-pasien itu,” jelasnya.

Syahril mengungkap saat ini terjadi kesalahpahaman di tengah masyarakat yang menduga bahwa cacar monyet hanya menyerang kelompok-kelompok tertentu, salah satu yang disudutkan adalah kelompok LGBT.

Dia membantah hal ini dan mengungkap pihaknya melakukan pengawasam secara profesional berbasis pada data yang ada.

“Kita tidak ingin membuat kesalahpahaman di tingkat masyarakat ini. Tolong dipahami, kita akan memberlakukan ini secara profesional,” tegasnya.

Lebih jauh, Syahril menjabarkan saat ini warga seluruh dunia harus waspada mengahadapi cacar monyet, sesuai dengan arahan World Health Organization (WHO).

Saat ini, ia mengaku pihaknya telah mengikuti arahan itu dan siap menghadapi cacar monyet.

“Kita sudah mempunyai sebuah sistem bagaimana mendeteksi, bagaimana penanganan di tingkat rumah sakit, dan seterusnya. Intinya kita termasuk di survaillance sudah sangat tanggap dan kita akan melindungi masyarakat,” jelas Dirut RSPI Sulianti Saroso ini.

“Tentunya peran masyarakat, harus prokes, dan harus menjaga kontak erat kepada orang-orang yang dicurigai cacar monyet atau cacar lah secara keseluruhan, karena cacar air pun sangat menular,” imbaunya.

Kemenkes Siapkan 10 Ribu Dosis Vaksin Cacar Monyet

Syahril mengatakan pemerintah tengah menyiapkan pengadaan 10 ribu dosis vaksin cacar monyet atau monkeypox. Nantinya, vaksin akan diutamakan untuk pasien cacar monyet dan orang yang berkontak erat dengan pasien.

“Insya Allah ada sekitar 10 ribu vaksin nanti kita adakan. Dan akan kita berikan kepada yang sedang menderita cacar monyet dalam masa inkubasi dan kepada kontak erat,” kata Syahril Sabtu (20/8).

Syahril mengatakan saat ini pengadaan masih dalam proses. Selain itu, vaksin tersebut mesti mendapatkan rekomendasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

“Tentu saja harus dari rekomendasi Badan POM,” ujarnya.

Menurut Syahril, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) hingga kini belum mengeluarkan rekomendasi vaksinasi massal seperti Covid-19. Namun, sudah ada dua atau tiga negara yang melakukan vaksinasi cacar monyet kepada warganya. [AH/Yar]