Kisah Tukang Pijat Berbayar Sukarela, Bisa Wujudkan Impian Naik Haji
2 min readMAGETAN, mediasuarapublik.com – Berbekal rejeki uang dari upah sebagai tukang pijat, Heru Suyadi (55 tahun) bisa menabung hingga bisa menunaikan ibadah haji bersama istrinya tahun 2022 ini. Pemilik 4 anak dan 7 cucu, jemaah haji asal Maospati, Sugihwaras, Magetan ini, tidak pernah mematok harga kepada setiap pengunjung yang ingin terapi. Meski hanya dibayar sukarela, dia tidak peduli, karena yang dicari hanyalah keberkahan, profesi tukang pijat ini sudah dijalani sejak 25 tahun yang lalu.
“Alhamdulillah profesi ini membawa barokah, karena tidak memasang tarif dan sukarela, meskipun secara medis mohon maaf nilainya lebih dari itu, tapi saya tidak memepedulikan itu yang penting kebarokahannya,” ucap Heru penuh syukur, kepada tim liputan PPIH Debarkasi Surabaya, Selasa (19/7/2022).
Pria yang nanti bulan Agustus genap berusia 55 tahun ini menceritakan keahliannya memijat tidak hanya ditunjukkan di Magetan tapi juga di tanah suci. Bermodal pijat ia dengan sukarela membantu tim kesehatan yang tergabung dalam kloter 6.
“Sewaktu saya koordinasi di Mekah, saya malah dengan bu Pita (tim kesehatan) diajak bergabung untuk saling membantu, beliau dokternya saya sebagai terapi pijatnya,” tuturnya bangga.
Pria yang juga aktif mengurusi masjid dan umat ini sebenarnya termasuk jemaah haji yang mengalami ketertundaan haji. Seharusnya ia dijadwalkan berangkat tahun 2020, namun karena wabah Corona, impiannya itu sempat tertunda. Sedih sempat dirasakan, namun hal itu terbayarkan berkali-kali lipat, karena ia bisa merasakan momen haji akbar, dimana puncak ibadah haji atau wukuf yang dilaksanakan di hari terbaik yaitu Jumat.
“Saya baru naik haji satu kali, tapi dinilai 70 kali karena haji akbar. Sebetulnya saya berangkat tahun 2020, tapi karena ada peristiwa corona jadi tahun 2021. Saya matur nuwun, dengan adanya corona, saya bisa haji akbar, kalau tidak ada peristiwa itu saya tidak bisa haji akbar,” syukurnya. [ghf/Red]