Dosen UM Surabaya Jelaskan Penyebab Asam Urat Tinggi
2 min readSURABAYA, Mediasuarapublik – Penyakit Artritis gout atau dikenal dengan asam urat dalam darah tinggi (hiperuresemia) sering menjadi permasalahan bagi kebanyakan orang yang mengalaminya, sebab gejala yang timbul dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
Jumlah kasus asam urat (hiperuresemia) di Indonesia mencapai 18%, angka ini lebih tinggi dibanding kasus yang terjadi di Thailand, yaitu sebanyak 9-11%. Kasus ini paling sering dijumpai pada usia lebih dari 75 tahun sebanyak 54,8% namun juga tidak sedikit ditemukan pada kelompok usia kurang dari 75 tahun termasuk usia dewasa muda yaitu sebanyak 45,2%.
Firman Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya menjelaskan, asam urat merupakan hasil metabolisme dari zat purin yang terkandung dalam makanan yang manusia konsumsi.
“Sebenarnya kadar asam urat dalam darah tidak selalu berbahaya bagi tubuh, bila dipertahankan dalam batas normal, yaitu pada wanita 2,6-6 mg/dl, sementara pada pria 3,5-7 mg/dl,” ujar Firman.
Salah satu manfaat asam urat yaitu sebagai antioksidan, yang dapat mengurai radikal bebas dalam tubuh. Namun sebaliknya bila asam urat tinggi lebih dari 7 mg/dl, dapat menimbulkan beberapa masalah pada tubuh, yang dapat dikenal sebagai tanda dan gejala seperti, sendi mendadak terasa sakit, kesulitan untuk berjalan akibat nyeri sendi yang hebat terutama di malam hari, pembengkakan, kemerahan, rasa panas, kulit bersisik pada sendi dan terasa gatal.
Firman menjelaskan, meningkatnya asam urat dalam darah dapat disebabkan oleh dua hal, pertama karena terlalu banyak konsumsi makanan yang mengandung tinggi purin, seperti kacang-kacangan dan jeruan ayam. Yang kedua menurunnya ekresi kadar asam urat akibat terganggunya fungsi ginjal. Dua kondisi tersebut menjadi penyebab asam urat tinggi (hiperuresemia).
“Untuk itu pencegahan yang dapat dilakukan seperti, mengontrol kadar asam urat dengan menjaga pola makan yang sehat, melakukan olahraga rutin dan teratur 3-5 kali dalam seminggu, dan menjaga kesehatan ginjal agar selalu dapat berfungsi dengan baik,”imbuh Firman lagi.
Sedangkan pengobatan berdasarkan Clinical Pathway dapat dilakukan sebagai berikut; pada hari pertama keluhan dirasakan dapat diberikan kolkisin 0,5 mg, diklofenat 25-50 mg diberikan 2-3x sehari. Pada kasus dengan keluhan minggu pertama dapat diberikan obat allupurinol 100-300 mg sehari dan kolkisin 0,5 mg.
“Sedangkan pada kasus yang terjadi pada 1-3 bulan, diberikan obat kolkisin 0,5 mg, allupurinol 100-300 mg dan diklofenat 25-50 mg. Pada kasus lebih dari 3 bulan, diberikan obat kolkisin 0,5 mg, allupurinol 100-300 mg, dosis dapat dinaikkan hingga 800 mg dan diklofenat 25-50 mg,”pungkas Firman. [RM/Red]