Mediasuarapublik.com

Mengedepankan Profesional Dalam Berita Yang Seimbang Secara Aktual Dan Faktual

Home » Kiat Mengelola Stres Agar Tidak Depresi dari Psikolog UNESA

Kiat Mengelola Stres Agar Tidak Depresi dari Psikolog UNESA

3 min read

SURABAYA, Mediasuarapublik – Kesehatan mental di kalangan anak-anak muda menjadi perhatian menyusul banyaknya temuan kasus depresi di kalangan mahasiswa di berbagai kampus. Psikolog Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Diana Rahmasari mengatakan, kesehatan mental anak muda lebih-lebih mahasiswa harus diperhatikan, ditangani serius dan secara bersama-sama.

Menurutnya, depresi merupakan kondisi emosional yang ditandai dengan kesedihan yang amat sangat, perasaan tidak menentu dan perasaan bersalah dan tidak berarti.

Kondisi itu berkaitan dengan seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) dan dapat memengaruhi motivasi seseorang dalam beraktivitas dan berkegiatan sehari-hari.

Gejala dan Faktor Depresi

Kondisi depresi bisa dilihat dari gejala yang muncul. Pertama, gejala fisik seperti gangguan pola tidur, turunnya tingkat aktivitas, sulit makan atau makan berlebihan, sulit berkonsentrasi, energi lemah dan gejala fisik yang tidak hilang seperti sakit kepala dan gangguan pencernaan.

Kedua, gejala psikis berupa rasa sedih, cemas, hampa berkepanjangan, putus asa dan pesimis, rasa bersalah, merasa tidak berharga dan tidak berdaya atau tidak berguna, lalu mudah tersinggung, kehilangan rasa percaya diri, sensitif atau baper dan memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidup.

Ketiga, gejala sosial seperti menurunnya aktivitas dan minat sehari-hari, menarik diri dari lingkungan sosial dan menyendiri, tidak ada motivasi untuk melakukan apapun, dan hilangnya hasrat untuk hidup.

Depresi disebabkan beberapa faktor, bisa karena faktor biologis, psikologis, dan sosial. “Sering irasional, nyalahin diri sendiri, merasa tidak bisa mengendalikan lingkungan dan kondisi diri sendiri juga bisa memicu stres, termasuk trauma masa lalu, putus cinta, dan seterusnya,” beber Kasubdit Mitigasi Crisis Center (SMCC) UNESA itu.

Ketika seseorang merasakan stres harus dihendel supaya tidak berlanjut pada kondisi depresi. Kalau tidak segera dihendel bisa jadi distres. Distres inilah nanti bisa menjadi depresi yang memicu orang melakukan perilaku-perilaku seperti bunuh diri.

Bunuh diri merupakan salah satu risiko dari kondisional depresi. Ada beberapa risiko lain yang bisa dilihat seperti perubahan signifikan yang terjadi. Sebut saja seperti gangguan tidur, gangguan interpersonal, gangguan makan, gangguan pekerjaan atau kuliah, dan perilaku lain yang merusak.

Cara Mengelola Stres

Ketika terjadi stres, ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar tidak menjadi depresi. Salah satunya bisa dengan menerapkan Buffering Model yang terdiri dari sejumlah langkah sederhana.

Pertama, mengembangkan pola pikir positif. Otak manusia bekerja dengan kata-kata, karena itu perlu mempersepsikan dan memaknai kehidupan secara positif. Orang yang depresi, otaknya bekerja dengan kata-kata negatif seperti saya tidak ada harapan, orang-orang membenci saya, saya membenci diri saya, dan seterusnya.

Kedua, mengembangkan spiritualitas. Ketiga, memiliki support system. Keempat, kalau punya masalah berbagilah atau terbukalah kepada orang paling dipercaya. Kelima, mengembangkan kemampuan penyelesaian masalah.

Ketika seseorang mengalami stres atau depresi yang berat memang harus dihendel atau ke profesional seperti psikolog. Adapun yang sering dilakukan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) itu ketika menangani seseorang yang depresi yaitu melakukan resiliensi dan goal setting, yaitu membangun supaya individu punya harapan ke depan.

“Aktivitas sehari-hari bisa menjadi salah satu treatment saat stres. Sehari atau dua hari Anda duduk mojok atau menyendiri di kamar itu cukup, jangan lama-lama, apalagi ditambah mendengarkan musik yang melo-melo, tambah lama nanti, gak keluar-keluar kamar nantinya.

Caranya, keluarlah dari kamar dan ikuti kegiatan positif dan kembangkan kompetensi, minat dan bakat,” ucap Diana saat menyampaikan materi tentang “Mental Health Awareness: Common Signs of Mental Health and How to Prevent it dalam International Conference and Workshop Mental Health oleh Subdirektorat Mitigasi Crisis Center, Direktorat Pencegahan dan Penanggulangan Isu Strategis UNESA pada 4-8 November 2023 lalu. [RM]