Kasus Dugaan Penganiayaan Siswa MTS di Blitar oleh Temannya Hingga Tewas
3 min read
BLITAR, Mediasuarapublik – Seorang siswa madrasah tsanawiyah (MTS) di Kecamatan Wonodadi, Blitar AJH (15) dilaporkan meninggal dunia setelah diduga dianiaya oleh temannya.
Guna memastikan penyebab kematiannya, polisi mengotopsi jenazah siswa kelas IX tersebut.
Kepala Subseksi Penerangan Masyarakat Hubungan Masyarakat Kepolisian Resor Blitar Kota Aipda Supriyadi mengatakan, otopsi berlangsung pada Jumat (25/8/2023) malam di Rumah Sakit Umum Daerah Srengat.
Dokter forensik dari Rumah Sakit Bhayangkara Kediri dilibatkan dalam proses pemeriksaan jenazah.
“Jenazah korban diotopsi di RSUD Srengat oleh tim dokter termasuk dari Rumah Sakit Bhayangkara. Otopsi dilakukan untuk keperluan penyidikan,” ujar Supriyadi dikutip, Minggu (27/8).
Diberitakan sebelumnya, AJH diduga tewas di ruang kelasnya akibat penganiayaan yang dilakukan oleh teman sekelasnya yang berinisial M.
Menurut seorang saksi mata yang juga teman sebangku korban, M menganiaya AJH karena masalah sepele.
M memukul AJH bertubi-tubi tanpa perlawanan dengan tangan kosong hingga salah satu pukulan mengenai bagian mematikan pada leher bagian belakang.
AJH roboh di ruang kelasnya dalam keadaan tidak sadarkan diri dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Al Ittihad.
Dokter yang pertama kali menangani AJH, Deny Krisna, mengatakan AJH telah meninggal ketika diperiksa.
Deny menduga AJH meninggal akibat putusnya jaringan syaraf tulang belakang akibat pukulan pada leher bagian belakang.
Sementara itu, Supriyadi menambahkan, setelah proses otopsi selesai jenazah AJH diserahkan kepada keluarga.
“Jenazah korban dimakamkan sekitar pukul 22.00 WIB. Tadi malam, Pak Kapolsek Wonodadi melayat di rumah keluarga korban di Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi,” terangnya.
Kronologi kematian AJH diduga dipicu akibat salah masuk kelas
Berdasarkan keterangan dari seorang saksi, D yang juga teman sekelas korban menyatakan penganiayaan terjadi di ruang kelas 3 dan disaksikan puluhan teman lainnya.
Menurutnya, rekan-rekannya sempat akan melerai, namun dibentak oleh pelaku, M yang juga duduk di kelas 3.
“Teman-teman sudah mencoba melerai tapi pelaku membentak dan mengatakan ini masalah antara pelaku dan AJH. Kami tidak boleh ikut campur,” ujar D, Jumat.
D bercerita penganiayaan tersebut dipicu oleh masalah sepele yakni korban sempat salah masuk ruang kelas M.
Diduga jawaban korban saat ditanya alasan salah masuk kelas membuat M tersinggung. Setelah kejadian salah masuk kelas, M mendatangi kelas korban.
Di depan pintu kelas, terduga pelaku bertanya kepada korban dan langsung memukuli korban.
“Pelaku tanya ke korban ‘nyapo kok ita-itu karo aku’ (kenapa kok menantang aku) terus (terduga pelaku) langsung memukul korban,” ujar rekan koban.
Mengetahui kejadian tersebut, beberapa rekan sempat melerai dan pelaku terus memukul korban.
“Korban sempat menjauh dari pelaku sambil bertanya ‘salahku opo kok mbok antemi’ (salah saya apa kok kamu pukuli). Tapi terduga pelaku menjawab ‘gak usah kakean omong’ (tidak usah banyak bicara) dan memukul korban lagi,” katanya,
“Saat AJH duduk di sebelah saya mengerjakan tugas. Pelaku datang menghampiri dan kemudian melakukan pemukulan bertubi-tubi hingga korban terjatuh tidak sadar diri,” tambah D.
Saat penganiayaan terjadi, menurut D, tidak ada guru di rungan kelas.
Selain itu, selama dipukuli M, korban sama sekali tak melakukan perlawanan. Penganiayaan sempat berjeda beberapa saat, namum pelaku kembali menganiaya korban.
Korban dipukuli dengan tangan kosong beberapa kali di bagian perut, rahang dan tengkuk atau leher belakang oleh terduga pelaku.
Setelah dipukuli, korban terjatuh terlentang tak sadarkan diri.
“Korban tak sadarkan diri, napasnya seperti tersengal-sengal. Sempat dibawa ke UKS sekolah sebelum dibawa ke rumah sakit,” ujarnya. [Yud/Yar]