Mediasuarapublik.com

Mengedepankan Profesional Dalam Berita Yang Seimbang Secara Aktual Dan Faktual

Home » Petirtaan Jolotundo, Tempat Wisata Bersejarah di Mojokerto

Petirtaan Jolotundo, Tempat Wisata Bersejarah di Mojokerto

2 min read

Mojokerto – medisuarapublik.com

Petirtaan Jolotundo atau candi Jolotundo merupakan destinasti wisata sejarah yang tak pernah sepi pengunjung, pada hari biasa atau hari efektif pengunjung selalu berdatangan dari dalam maupun luar daerah.

Tempat wisata yang memiliki nilai sejarah tinggi ini berada di kaki gunung Penanggungan dengan ketinggian 1653 MDPL. Petirtaan Jolotundo secara administratif berada di Dusun Dukuh Balekambang, Desa Seloleman, Kecamatan Trawas, Kabupaten Mojokerto.

Tempat bersejarah ini pernah di pugar oleh dinas BPCB Mojokerto pada tahun 1991 sampai tahun 1993. Konon katanya menurut cerita yang beredar di masyarakat menyebutkan, bahwa air yang berada di petirtaan ini mengandung mineral yang lebih tinggi. Tak hanya itu, menurut penelitian air Jolotundo menjadi terbaik nomor dua yang terbaik di dunia setelah air zam zam.

Tak hanya menyuguhkan pemandian, Diplataran candi Jolotundo juga terdapat Musium, dimana musium itu berisi arca-arca peninggalan jaman itu.

Dinas Pariwisata, Aryo menjelaskan, bahwa Petirtaan Joltundo tidak hanya dijadikan sebagai destinasi wisata. Namun juga menjadi tempat untuk bersuci atau sesucen dan juga tempat ritual.

“Konon menurut cerita tempat ini adalah sebagai tempat pendarmaan dari Prabu Erlangga,” Kata Aryo kepada SKH Suara Publik, Minggu (7/8/22).

Tak heran apabila para pengunjung yang datang ke tempat ini menyempatkan diri untuk mandi. Mereka perasumsi bahwa dengan mandi air yang ada di pancuran candi Jolotundo akan bisa terkabul hajatnya.

Selain itu, mereka juga percaya bahwa air tersebut bisa membuka aura wajah agar kelihatan awet muda.

Seperti tempat lain yang syarat akan sejarah, di tempat ini juga banyak sekali pengunjung yang melakukan ritual dengan membakar dupa.

Sehingga menimbulkan aroma harum di sana sini dari aroma dupa tersebut.

Lebih lanjut Aryo menjelaskan, ditempat ini juga banyak komunitas pecinta budaya yang menggelar festival, misalnya saat tahun baru Islam 1 Muharam atau Suroan. Juga hari hari besar lainnnya.

“Kehadiran pengunjung Candi Jolotundo setiap hari di perkirakan 100 orang. Namun apabila hari libur di peekirakan sampai 300 orang,” tegas Aryo.

Dengan cukup merogoh kocek sebesar Rp. 10.000 saja membuat tempat wisata sejarah ini mendapat tempat tersendiri dihati para wisatawan. [SKR]