Mediasuarapublik.com

Mengedepankan Profesional Dalam Berita Yang Seimbang Secara Aktual Dan Faktual

Home » Penjelasan BMKG Soal ’Gempa Susulan Tuban Memiliki Kekuatan Lebih Besar’

Penjelasan BMKG Soal ’Gempa Susulan Tuban Memiliki Kekuatan Lebih Besar’

2 min read

TUBAN, Mediasuarapublik – Fenomena gempa bumi yang berpusat di Tuban mengguncang sebagian daerah yang ada di Jawa Timur pada, Jumat (22/03) lalu. Selain Gempa utama yang berkekuatan Magnitudo (M) 5,9 skala richter (SR), ada juga gempa susulan yang terjadi sekitar pukul 15.52 WIB dengan kekuatan lebih besar yakni 6,5 SR.

Sebagai informasi, Gempa bumi susulan adalah satu atau serangkaian gempa yang terjadi setelah gempa utama, dengan pusat gempa susulan tersebar di dekat pusat gempa utama. Biasanya gempa bumi susulan memiliki kekuatan magnitudo yang lebih kecil dari gempa utama.

Meski begitu, menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), gempa susulan yang terjadi usai gempa utama bisa memiliki kekuatan yang lebih besar atau lebih kecil dari gempa utama. Namun yang sering terjadi dengan kekuatan lebih kecil.

Penjelasan BMKG soal ‘Gempa Susulan’ Bisa Lebih Besar

Adapun terkait gempa susulan yang terjadi dengan kekuatan lebih besar dari gempa utama, dijelaskan lebih lanjut oleh Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Daryono, melalui akun X resminya @DaryonoBMKG. Mengapa gempa susulan bisa memiliki magnitudo lebih besar?

Dikutip dari akun X, Minggu (23/3/2024), Daryono mengatakan bahwa dalam bidang sesar/patahan yang sudah terakumulasi stress maksimum (matang), maka deformasi paling awal (first break) terjadi pada batuan paling lemah. Sementara dalam bidang sesar terdapat sebaran asperities (bakal slip/geser). Asperities batuan paling lemah, akan patah duluan sebagai gempa pembuka.

“Deformasi tersebut akan meningkatkan tekanan pada bidang lain, memicu deformasi makin banyak menyebar hingga menyentuh asperities utama yang membangkitkan gempa lebih besar atau GEMPA UTAMA,” jelas Daryono.

Daryono menyebut, analoginya mirip saat kita mematahkan penggaris kayu dengan cara melengkungkan dan menekuk penggaris tersebut maka akan terjadi retakan-retakan kecil, makin banyak berbunyi “kretek, kretek, kretek” (GEMPA-GEMPA KECIL) lalu disusul “brakkkk” (GEMPA UTAMA) paling besar.

Lebih lanjut, Daryono mengatakan gempa susulan merupakan sesuatu yang lazim terjadi pasca gempa kuat. Dia mengatakan teori ini bukan untuk ditakuti. Banyaknya gempa susulan terjadi hanya sekadar gambaran kondisi batuan yang rapuh mudah deformasi.

“Gempa susulan yang banyak justru dapat memberi informasi peluruhan sehingga kita jadi tau aktivitas gempa akan segera berakhir,” tuturnya.

BMKG Catat Ada 149 Kali Gempa Susulan Terjadi di Tuban

BMKG mencatat adanya 149 gempa susulan terjadi di Tuban, Jawa Timur, setelah wilayah tersebut diguncang gempa berkekuatan M 5,9. “149 gempa hingga jam 5 pagi ini,” ungkap Daryono, Sabtu (23/3).

Berdasarkan data tabel data yang dibagikan BMKG, gempa susulan paling banyak terjadi pada Jumat (22/3/2024) di periode waktu pukul 18.00 WIB. Ada 19 gempa susulan yang terjadi di rentang waktu tersebut.

BMKG juga mencatat besaran kekuatan gempa susulan yang terjadi di Tuban. Data BMKG menunjukkan gempa susulan di Tuban paling besar berkekuatan magnitudo 6,5 dan yang terkecil berkekuatan magnitudo 2,6.

Pada Sabtu (23/3) pagi, Tuban juga masih dilanda gempa. BMKG mencatat ada gempa berkekuatan M 4,1 mengguncang Tuban pada pukul 07.49 WIB. Lokasi gempa di 5,54 derajat lintang selatan (LS) dan 112,69 derajat bujur timur (BT). [Dar/Red]