Mediasuarapublik.com

Mengedepankan Profesional Dalam Berita Yang Seimbang Secara Aktual Dan Faktual

Home » Dosen FISIP UNAIR Tanggapi Dinamika Koalisi Politik Menuju Pemilu 2024

Dosen FISIP UNAIR Tanggapi Dinamika Koalisi Politik Menuju Pemilu 2024

2 min read

SURABAYA, Mediasuarapublik – Menjelang Pemilu 2024, Indonesia menghadapi isu-isu seputar pecahnya koalisi pengusung calon presiden (capres). Koalisi yang masih fluktuatif ini menjadi sorotan terkait perkembangan politik menuju tahun demokrasi. Ucu Martanto SIP MA, dosen ilmu politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP), Universitas Airlangga (UNAIR) memberikan pandangannya terkait dinamika politik yang berkembang.

Dinamika Koalisi Capres

Menurut Ucu, dinamika politik yang tidak stabil dan perubahan koalisi yang sering terjadi telah menjadi ciri khas dalam politik Indonesia. “Dinamika tersebut akan berlanjut, karena kondisi tersebut masih cair. Karena pindah-pindah koalisi masih sering terjadi, terlebih semakin mendekati pemilu,” jelasnya.

Salah satu dampak dari pecahnya koalisi adalah ketidakpastian dalam pemilihan calon wakil presiden (cawapres), yang merupakan aspek penting dalam politik. Dukungan pemilih yang mendukung capres incumbent, seperti Jokowi, menjadi sangat penting dalam politik.

Ucu menjelaskan, “Ada tawar-menawar internal dalam mengajukan nama cawapres. Kita tidak bisa memastikan bahwa pemilih petahana masih bisa diperebutkan dalam koalisi yang muncul,” ungkapnya.

Efek Ekor Jas

Namun, tambahan fokus pada “efek ekor jas” juga menjadi relevan. Konsep ini merujuk pada fenomena di mana koalisi yang terlambat atau kesulitan dalam menentukan cawapres mereka dapat menghadapi penurunan dukungan yang signifikan. Termasuk dari pemilih yang sebelumnya mendukung capres mereka.

Lebih lanjut, Ucu menjelaskan, “Survey menunjukkan cawapres yang koalisinya bubar semakin menurun jika mereka tidak segera menentukan secara mutlak.” Ini berarti bahwa yang tidak segera menentukan cawapresnya dapat mengalami penurunan dukungan, yang dapat berdampak pada hasil pemilihan.

Cocktail effect juga dapat berdampak pada pandangan publik terhadap citra capres yang bersangkutan. Oleh karena itu, proses pemilihan cawapres menjadi salah satu aspek yang sangat krusial.

Pengaruhi Kepercayaan Publik

“Pandangan publik akan pasti mengalami perubahan, terhadap efeknya dalam reputasi dan suara publik,” ungkapnya.

Selain itu, perubahan dalam koalisi politik juga dapat berdampak pada pemilih di tingkat bawah. Dampaknya juga pada pemilih yang mungkin memilih untuk mendukung capres lain jika merasa tidak puas dengan perubahan dalam koalisi.

“Di level elit persetujuan tersebut selesai. Namun di level konstituen akan berdampak cukup besar. Akan ada migrasi besar-besaran juga ke capres lain terkait bubarnya koalisi,” jelasnya.

Dorong Pemilih Agar Lebih Cermat

Dalam menghadapi dinamika politik yang terus berubah ini, pemilih diharapkan lebih cermat dalam menilai partai politik dan kestabilannya. Pemilih diharapkan lebih berpikir kritis dalam menentukan suara mereka dan memilih pemimpin yang mampu memberikan inovasi bagi bangsa dan negara.

“Walaupun tidak selalu kejadian di panggung politik yang dipertontonkan pada publik, diharapkan seluruh track record-nya bisa dipertanggungjawabkan,” tuturnya. [Hms/Rev]